Sunday, February 20, 2011

Definitely Maybe


tidak ada yg tidak mungkin.
tidak ada yg pasti.

semua hanya sekedar mungkin.

but these following statements are exceptional:

1. tidak mungkin ada ‘kepastian’
2. pasti ada ‘kemungkinan’


does it make any sense?

yeah it’s definitely maybe.

Cerita Sebuah Negara

Sebuah negara, tempat ratusan suku bangsa, adat, dan budaya.
Beragam macam bahasa, dialek, etnis, dan agama.

sebuah negara yang mereka bilang surga dunia.
zamrud khatulistiwa.

Sebuah negara yang kaya dengan sumber daya.
paru - paru dunia.

sebuah negara yang menumpahkan darahnya untuk merdeka.
pejuang yang gagah berani.

sebuah negara besar dan disegani.
Macan Asia.


tapi hey,
tidak ada yang sempurna bukan?

sebuah negara dengan segudang cacat dan coreng.
ya, cacat dan coreng.

korupsi, kemiskinan, propaganda, konspirasi, terorisme, perang saudara, separatisme

baru segelintir yang tersebut.
dan banyak lagi pastinya.
banyak.
banyak sekali.

ini tentang sebuah negara yang jauh dari sempurna.
sebuah negara dengan krisis nasionalisme.
sebuah negara dengan ratusan duri tajam di dalam pemerintahannya.
sebuah negara yang telah merdeka 65 tahun yang lalu. bebas. lepas.
sebuah negara yang berwarna Merah dan Putih.
sebuah negara dengan Garuda yang tertancap di dada.
sebuah negara yang hanya tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ya, sebuah negara yang hanya takut dengan Tuhan, dan hanya Tuhan semata.
tidak ada yang lain. Tidak ada lagi yang dapat membuatnya takut.

sebuah negara dengan bambu runcing, dan jiwa yang bersatu.
satu rasa, bangsa, cinta.

sebuah negara yang dicinta dan dibenci oleh rakyatnya sendiri.
sebuah negara yang sedang sakit, dan perlu diobati.

sebuah negara yang subur.
bahkan korupsi pun dapat tumbuh berkembang disana.

yah, hanya sebuah negara biasa dengan semangat yang luar biasa di dalamnya.
negara yang dulu menjadi rebutan negara - negara lain.
negara yang terlalu berharga untuk mereka lepas selama berabad - abad.
seperti gula yang dikerubungi ribuan ekor semut.
seperti magnet yang menarik paku - paku besi.
seperti gadis jelita dan para lelaki hidung belang.

...

dan sekarang, negara itu milik kita.
apa yang akan kita lakukan setelahnya?





Muhammad Iskandar Satriyo Utomo

Semi-Angel Demi-Devil


Kata mereka, ada dua jenis manusia.
yang baik, dan yang buruk.

Misal, Si A merokok di tempat umum yang dipenuhi oleh anak kecil dan orang tua, sambil minum sekaleng bir, menyenggol ibu-ibu sampai terjerembab ke aspal, dan sembarangan membuang puntung rokok beserta kaleng birnya di jalanan.

Misal, Si B menolong anak kecil yang sepedanya rusak, memberikan uang untuk pemulung, kemudian membantu nenek-nenek yang ingin menyebrang jalan, sampai rela rusuknya patah untuk menolong orang yang nyaris tertabrak truk.


Misal, Si X bersama anaknya menjadi saksi dari kejadian - kejadian tersebut.
Maka Si X akan segera 'membimbing' anaknya;

"Kamu jangan seperti Si A ya nanti kalau sudah besar, anak rusak berandalan yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan tidak punya masa depan. Dia itu orang jahat."

"Kamu harus seperti Si B yang sangat dermawan, peduli, berdedikasi, dan tidak cuek dengan lingkungannya. Dia adalah orang baik."

...

Hal ini akan berubah menjadi sangat membingungkan ketika pada kenyataannya,
Si A dan Si B ternyata merupakan satu orang yang sama.

Seperti koin yang akan selalu memiliki dua sisi.
Paradoks dualisme.

...

Jadi, label manakah yang pantas diberikan untuknya?

Baik buruk?

Benar salah?

Kiri kanan?

Hitam putih?

Ini terjadi pada semua orang bukan?

...

Menurut Shakespeare;

'There is nothing either good or bad.
But thinking makes it so..'

Mengenai label dan cap, sebagian besar orang merujuk pada impresi awal, sifat - sifat serta tindakan - tindakan yang terlihat dominan. Yang menurut kita benar. Dengan definisi yang kita ciptakan sendiri.

Impresi awal memang sulit untuk diubah. Bahkan terkadang kita tidak menyadari bahwa kita telah menyematkan label pada seseorang. Akan tetapi, apakah pantas jika seluruh sifat dan kepribadian seseorang yang amat sangat kompleks hanya diwakilin dengan satu kata saja?

Gelap terang.

...

Lalu?

Mungkin kita senang bermain sebagai Tuhan.  Menghakimi segala hal berdasarkan persepsi kita masing - masing, dan menganggapnya sebagai yang Maha Benar.

Sesuka hati saja.



Muhammad Iskandar Satriyo Utomo.