Sunday, February 20, 2011

Semi-Angel Demi-Devil


Kata mereka, ada dua jenis manusia.
yang baik, dan yang buruk.

Misal, Si A merokok di tempat umum yang dipenuhi oleh anak kecil dan orang tua, sambil minum sekaleng bir, menyenggol ibu-ibu sampai terjerembab ke aspal, dan sembarangan membuang puntung rokok beserta kaleng birnya di jalanan.

Misal, Si B menolong anak kecil yang sepedanya rusak, memberikan uang untuk pemulung, kemudian membantu nenek-nenek yang ingin menyebrang jalan, sampai rela rusuknya patah untuk menolong orang yang nyaris tertabrak truk.


Misal, Si X bersama anaknya menjadi saksi dari kejadian - kejadian tersebut.
Maka Si X akan segera 'membimbing' anaknya;

"Kamu jangan seperti Si A ya nanti kalau sudah besar, anak rusak berandalan yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan tidak punya masa depan. Dia itu orang jahat."

"Kamu harus seperti Si B yang sangat dermawan, peduli, berdedikasi, dan tidak cuek dengan lingkungannya. Dia adalah orang baik."

...

Hal ini akan berubah menjadi sangat membingungkan ketika pada kenyataannya,
Si A dan Si B ternyata merupakan satu orang yang sama.

Seperti koin yang akan selalu memiliki dua sisi.
Paradoks dualisme.

...

Jadi, label manakah yang pantas diberikan untuknya?

Baik buruk?

Benar salah?

Kiri kanan?

Hitam putih?

Ini terjadi pada semua orang bukan?

...

Menurut Shakespeare;

'There is nothing either good or bad.
But thinking makes it so..'

Mengenai label dan cap, sebagian besar orang merujuk pada impresi awal, sifat - sifat serta tindakan - tindakan yang terlihat dominan. Yang menurut kita benar. Dengan definisi yang kita ciptakan sendiri.

Impresi awal memang sulit untuk diubah. Bahkan terkadang kita tidak menyadari bahwa kita telah menyematkan label pada seseorang. Akan tetapi, apakah pantas jika seluruh sifat dan kepribadian seseorang yang amat sangat kompleks hanya diwakilin dengan satu kata saja?

Gelap terang.

...

Lalu?

Mungkin kita senang bermain sebagai Tuhan.  Menghakimi segala hal berdasarkan persepsi kita masing - masing, dan menganggapnya sebagai yang Maha Benar.

Sesuka hati saja.



Muhammad Iskandar Satriyo Utomo.

No comments:

Post a Comment