Tuesday, June 26, 2012

Kemana Joni



Joni tak tau arah.
Berkelana keliling ranah.
Kedua kakinya memijak tanah.
Bola matanya perlahan memerah.
Namun bukan karena marah.
Bukan juga perkara Sarah.
Apalagi tentang Azizah.
Memang dasar akal yang tak terasah.


Hati Joni mulai jengah.
Jiwanya terlampau gerah.
Emosi meluap hampir tumpah.
Memang bukan hal yang mudah.
Bagi joni semua terserah.
Namun Joni tetap tidak menyerah.
Samasekali tidak pernah.


Di kala sepasang harus terpisah.
Ketika akar perlu ditelaah.
Sedikit demi sedikit maka terlihatlah.
Tumpukan yang lambat laun terus bertambah.
Menjulang tinggi bagai leher jerapah.
Menjulur panjang bagai belalai gajah.
Layaknya kali dengan gunungan sampah.
Benarlah hanya sekedar sumpah serapah.


Joni pakai baju berkerah.
Melangkah mantap menuju kawah.
Sambil menggenggam busur dan panah.
Semua orang jadi terperangah.
Tak pernah Joni begitu gairah.
Bagai luka yang menjadi nanah.
Hanya Joni yang tahu masalah.


Joni tersapu air bah.
Berenang seperti anak bocah.
Terapung bagai sayur dalam kuah.
Lebih keruh dari minyak jelantah.
Lebih lengket dari tetesan getah.
Perjalanannya untuk memenuhi titah.
Joni tidak sanggup membantah.
Maka sampailah Joni di antah berantah.


Joni pakai baju zirah.
Di punggungnya tersemat jubah.
Perangainya terlihat sangat gagah.
Percaya dirinya pun melimpah ruah.
Tidak takut dengan peluru timah.
Menenteng pedang berbilah - bilah.
Karang pun dapat Joni belah.
Layaknya memotong buah.
Baginya bukanlah hal yang susah.


Joni tak henti menjelajah.
Melewati bermacam wilayah.
Sesekali singgah membangun kemah.
Banyak tempat yang belum terjamah.
Terkadang Joni merasa tak betah.
Namun Joni bukan penjajah.
Joni tak berkelana mencari rempah.
Melainkan pemuda yang ramah tamah.
Senyum lebar terpasang di wajah.
Layaknya bunga mekar merekah.


Joni hanya berbekal petuah.
Tak peduli atas dan bawah.
Tak ragu dan tak resah.
Menurutnya memang tak usah.
Toh tak ada siapa - siapa di sebelah.
Baik sebelum maupun setelah.
Akal dan keringat terus ia perah.
Walau usahanya tak dibayar murah.
Joni tidak berharap dapat hadiah.


Joni pulang ke rumah.
Jalannya harus dipapah.
Kondisinya sangat parah.
Tangannya berlumur darah.
Kaki kirinya patah.
Sekujur tubuhnya basah.
Perutnya serasa ingin muntah.
Wajahnya terlihat sangat lelah.


Joni memang tak pandai bersilat lidah.
Joni tak mampu banyak berkilah.
Terkadang Joni memang payah.
Dan sekarang terjawablah sudah.
Bahwa Joni akan selalu salah.
Bahwa Joni akan selalu kalah.
Sedikitpun bukan fitnah.
Ini adalah sebuah kisah.


Tentang Joni si orang - orangan sawah.

No comments:

Post a Comment